PENAT YANG TERTUNDA
_Jika kau penat maka beristirahatlah dan jika kau bosan maka berwisatalah_ Kutipan tersebut sangat susah untuk dikecap oleh mbak IN yang beprofesi sebagai tukang masak di kantin sebuah Pondok Pesantren di kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan. Mbak IN yang sudah menginjak usia kepala 5, mesti ikut andil membantu sang suami dalam mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan keluarga yang tentu tak sedikit.
Mbak IN tinggal bersama suami dan kedua putrinya yang masih kanak-kanak. Keseharian aktivitas mbak IN tak jauh dari alat masak dan bumbu dapur. Mbak IN begitu telaten dalam melaksanakan tugasnya. Keluhan nyaris tak pernah keluar dari bibirnya yang senantiasa menyunggingkan senyum ramah menutupi gurat lelah akan peliknya hidup.
Disamping melaksanakan tugasnya, mbak IN tak pernah lupa akan anaknya yang membutuhkan perhatian khusus. Tuhan tahu mbak IN adalah orang yang sabar dan kuat, sebab itulah ia dititipkan sesosok anak istimewa untuk mengajarkan kepadanya arti sabar yang sesungguhnya. Anak sulungnya ditakdirkan menderita penyakit autisme, segala perawatan telah diupayakan, dari perawatan medis hingga perawatan tradisional.
Meski ia telah menghabiskan banyak pengeluaran, dan tak ada perkembangan kesembuhan pada putri sulungnya, ia tetap tabah menjalani hidup dan melupakan kata mengeluh. Malah semangat kerjanya semakin berkoar demi kesembuhan sang buah hati. “ apapun akan saya lakukan demi kesembuhan anak cantik saya”, ucap IN di saat tengah menikmati waktu luangnya yang sangat terbatas.
Di era globalisasi yang semakin modern, alat transportasi semakin canggih. Pengetahuan semakin menggila, telah terlahir begitu banyak sarjana di tanah air. Tak hanya pengetahuan yang meningkat, bahkan kendaraan pun kini beroda empat.
Disaat orang-orang disekeliling mbak IN berpergian menggunakan transportasi roda empat, ia dengan bangga menunggangi kendaraan roda duanya yang sudah tua. Mbak IN benar-benar cerminan yang sangat inspiratif, ia tak pernah merasa kecil diantara orang-orang yang berkecukupan. Karena baginya, sekecil apapun yang dipunya apabila disyukuri akan bermakna banyak.
Di tengah pandemic pun mbak IN dan suami tetap giat mencari nafkah untuk kelangsungan hidup. Baginya tak ada kata jeda, karena disetiap jeda ada nikmat yang tersia-siakan. “yah mau gimana lagi nak, kalau saya dan suami gak kerja barang sehari saja, kita kedepannya mau makan apa, untuk pengobatan anak sulung saya pun biaya nya tidak murah. Si bungsu bulan depan juga mulai masuk sekolah dasar” tutur mbak IN ketika dijumpai di kediamannya hari jum’at lalu.
Kebanyakan dari kita tak mensyukuri nikmat yang telah diterima, selalu saja ada kata tak cukup dikala waktu mengucap syukur. Tetapi berbeda dengan mbak IN yang selalu menanggapi sekuel hidupnya dengan seulas senyum dan untaian puji syukur. Ekonomi yang terbatas tak membuatnya kehilangan semangat untuk mengejar ketertinggalan zaman.
Alur hidup memang tak selalu mudah, begitulah kisah hidup mbak IN yang kadang mendapat cemoohan dari orang sekitar tentang anaknya yang special. Kadang mbak IN ingin menangis. Bukan karena mbak IN sudah tak kuat menahan beban hidup, tetapi karena ia tak tega sekaligus bangga melihat anaknya yang selalu menampilkan senyum ceria walaupun diberi keterbatasan. Mbak IN merasa orang yang paling beruntung karena dikaruniai si bungsu yang dengan telaten merawat sang kakak dikala mbak IN sedang fokus berkutat dengan alat dapur. Sungguh terbuat dari emas hati beliau, dengan bangganya ia merasa menjadi orang paling bahagia di seluruh dunia walaupun sejuta lara ia pikul di pundaknya.
Seiring berjalannya waktu, suami mbak IN memutuskan untuk membawa pergi si sulung demi mendapatkan perawatan alternative, tentu saja mbak IN setuju dengan usul suaminya. Bagaimana pun mbak IN sudah tak sabar melihat putrinya tumbuh normal layaknya anak-anak pada umunya.
Melihat anak bermain gembira sungguh adalah hal yang menggembirakan bagi seorang ibu. “Saya sungguh tak sabar ingin melihat anak saya bermain bersama teman-teman seusinya, berlari-larian dengan gembira, dengan tawa yang menghiasi wajah cantiknya adalah hal yang sangat indah di dunia ini” tutur mbak IN dengan mata yang berkaca-kaca menahan haru.
Kabar gembira pun datang menghampiri mbak IN hari setiap detik, bagaimana tidak, sang suami senantiasa mengabari perkembangan sang anak special. Walaupun belum sembuh total, setidaknya kabar kalau si sulung sudah mulai berjalan adalah hal yang sangat luar biasa menggembirakan.
“saya yakin anak saya adalah anak yang hebat, itulah mengapa perkembangannya mulai terlihat, saya sangat bersyukur ternyata kebahagian senantiasa datang menghampiri untuk menghapus kesedihan” ucapan mbak IN sungguh mulia, hatinya sungguh baik.
Sejatinya hati yang baik akan dibalas dengan nikmat yang berlebih
Diantara penat mbak IN yang tertunda justru disitulah kebahagiaann tak henti menghampirinya Dan benar, harta yang paling berharga adalah KELUARGA.
Penulis:
Amelia Rezky Hermayana
(Siswa Kelas XII SMA PPM Rahmatul Asri Kab. Enrekang Prov. Sulawesi Selatan)