Kemarin siang usai sholat zuhur di mesjid yang berada di kawasan Pondok Pesantren tempatku mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar lebih dari 21 tahun ini. Saat berzikir, ada yang membuat mata dan telinga terfokus dengan lantunan kalam Ilahi yang begitu merdu dan mendayu.
Surah yang di bacakan pun tak asing dari hati penulis yaitu surah Ar-Rahman. Fabiayyi Ala Irobbikuma kalimat berulang sarat makna.
Berdasarkan terjemahan Ayat Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban (فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ) memiliki arti “maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”.
Jika menilik dan membaca surah Ar-Rahman, Kalimat tersebut diulang sebanyak 31 kali dalam yaitu ayat 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, dan 77.
Kalimat ini juga ditujukan pada manusia dan jin karena menggunakan kata Rabbikuma (رَبِّكُمَا) yang artinya “Tuhan kamu berdua”. Allah SWT mengingatkan jin dan manusia bahwa betapa banyaknya nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka. Maka, nikmat-nikmat tersebut disebutkan dalam surat Ar Rahman.
Fadillah membaca surat Ar–Rahman di waktu senggang, akan mengingatkan seorang hamba kepada kuasa Allah SWT yang sangat besar. Mengingat Allah SWT di waktu siang atau malam hari, dapat membuat seorang hamba merasa tenang dan tentram.
Sedangkan Secara umum, surah Ar–Rahman berisi penjelasan tentang segala nikmat Allah SWT yang begitu berlimpah kepada makhluk-Nya. Dalam tafsir Ats Tsaqolayn, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa membaca surat Ar–Rahman, Allah akan menyayangi kelemahannya dan meridai nikmat yang dikaruniakan kepadanya.”
Kembali ke anak yang membuatku terpana dan terpesona, ia bernama Fadil, kini sudah hampir 14 juz ia hafal diluar kepala. Saat membaca surah tersebut disiang itu, mengapa hati ini begitu tersentuh mendengar lantunan ayat perayat yang ia bacakan dengan tartil dan kaidah mengaji yang benar. Hingga hati terasa adem sejenak saat anak ini mulai memperdengarkan suara indahnya.
Fabiayyi Ala Irobbikuma, “maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”. Bersyukur adalah tanda terimakasih seorang hamba atas nikmat yang Allah SWT beri setiap hari, setiap saat, yang kadang tak terasa kita gunakan dan kadang kita lupa mengucapkan hamdalah setiap hari.
Tak terasa lantunan itu sampai di akhir surah, dan fadhil baru sadar, penulis melihatnya dan ia sedikit malu dan menutup bacaan Al-Quran siang itu dan langsung ia berdiri dari duduknya lalu menyalami penulis sebagai rasa hormat pada gurunya.
Semoga artikel ini bermanfaat
Salam literasi, GBC